Sabtu, Oktober 15, 2022
KONEKSI ANTARMATERI MODUL 3.1
Selasa, Oktober 11, 2022
KONEKSI ANTARMATERI MODUL 2.3
Jumat, September 16, 2022
KONEKSI ANTARMATERI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
Selasa, September 13, 2022
AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Selasa, September 06, 2022
JURNAL DWIMINGGUAN BUDAYA POSITIF
Jurnal
Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif
Oleh: Sholehuddin, S.Pd., M.M.Calon Guru Penggerak Angkatan 5
Dalam pembelajaran modul 1.4
Budaya Positif ini saya mendapatkan inspirasi dan pengalaman belajar, tidak
hanya belajar konsep tetapi tugas praktik yang langsung dikerjakan memberikan
pengalaman langsung berupa praktek langsung. Bagaimana membangun keyakinan
kelas, memberikan konsekuensi, memahami posisi kontrol, dan menerapkan segitiga
restitusi.
Refleksi Kegiatan
Pada refleksi Dwimingguan ini saya memilih model refleksi yang
dikembangkan oleh Dr. Roger Greenway, yaitu model refleksi 4F.
1. Facts
(Peristiwa)
Pada
minggu ini saya memulai pembelajaran modul 1.4 Budaya positif. Kegiatan dimulai
dari diri dan Eksplorasi konsep yang diakhiri aksi nyata. Saya mulai melakukan perubahan
pada diri saya dengan melakukan refleksi bagaimana diri saya selama ini, hal
ini membuat saya lebih semangat untuk segera melakukan perubahan-perubahan
positif di lingkungan sekolah. Banyak persoalan-persoalan yang terjadi di
sekolah belakangan ini, membuat saya merasa tertantang untuk turut membantu
dengan berbekal pengetahuan yang saya dapatkan selama ini.
Alhamdulillah
akhirnya saya dapat menyelesaikan Modul 1.4 ini dengan baik. Banyak sekali hal
baik dan ilmu yang saya dapatkan melalui pembelajaran di LMS maupun dalam ruang
kolaborasi, hal ini membuat saya termotivasi untuk mewujudkan merdeka belajar
bagi anak didik dengan tetap selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan
yang telah disepakati yaitu nilai-nilai yang ada pada Profil Pelajar Pancasila.
2. Feeling (Perasaan)
Setelah
mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif tentunya membuat perasaan saya
senang, juga merasa sedih dan bersalah mengingat apa yang telah saya lakukan selama mengajar lebih sering
memposisikan sebagai penghukum. Kesalahan ini disadari atau tidak akan membuat anak
didik memiliki dendam atau sakit hati kepada saya.
Setelah
saya mempelajari modul budaya positif ini, saya tidak akan mengulangi kesalahan
lagi saya akan merapkan segituga restitusi dalam penanganan sebuah kasus,
karena dengan segitiga restitusi ini anak-anak dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri sesuai dengan keyakinan yang telah dubuat bersama-sama. Saya juga dapat
memposisikan diri saya sebagai sorang manajer sesuai teori 5 posisi kontrol
dalam sebuah kasus atau masalah.
Saya
semakin termotivasi dan bersemangat karena ketika saya melakukan pengimbasan
dan berbagi pengetahuan dengan rekan sejawat dan kepala sekolah tentang
bagaimana cara memulai menumbuhkan budaya positif di sekolah, karena melihat antusiasme
rekan sejawat yang mulai muncul
3. Findings (Pembelajaran)
Melalui eksplorasi
konsep Budaya positif terdapat 6 bagian materi yang harus dipahami, yaitu: (1) Perubahan
Paradigma -Stimulus Respon lawan Teori Kontrol: (2) Arti Disiplin
dan 3 Motivasi Perilaku Manusia; (3) Keyakinan Kelas, Hukuman dan
Penghargaan; (4) Lima Kebutuhan
Dasar Manusia; (5) Lima Posisi Kontrol; dan (6) Segitiga Restitusi
Dengan demikian saya harus mampu:
· memahami
miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan paradigma
stimulus-respon menjadi teori kontrol. Saya juga harus mampu melakukan refleksi
atas penerapan praktik disiplin yang dijalankan di sekolah.
· memahami
konsep disiplin positif dihubungkan dengan teori motivasi perilaku manusia,
serta konsep motivasi internal dan eksternal.
· memahami
pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah
sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau
permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas, yang pada akhirnya akan menciptakan
budaya positif.
· memahami
bahwa setiap tindakan anak didik dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka yang berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia,
kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. Saya juga harus memahami bahwa
kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan cara positif atau negatif oleh karena itu
peran guru adalah memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya secara
positif.
· melakukan
refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk anak
didik saya. Saya dapat mengetahui dan menerapkan disiplin restitusi di posisi
Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman
dan dapat menghasilkan anak didik yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung
jawab.
4. Future (Penerapan)
Setelah
mempelajari dan memahami modul 1.4 tentang budaya positif, Saya mulai menyusun
beberapa rencana aksi nyata yang menurut saya harus segera dilaksanakan,
seperti, melakukan desiminasi terkait materi-materi yang telah saya pelajari,
membuat keyakinan kelas dan membuat keyakinan sekolah.
Saya
selalu mengingatkan kepada rekan sejawat bahwa untuk melakukan suatu perubahan harus
dimulai dari diri sendiri, karena segala yang kita lakukan itu yang akan
menjadi contoh atau teladan bagi anak didik.
Dalam
pembelajaran, saya selalu menekankan kepada anak didik untuk selalu memperhatikan
nilai-nilai kebajikan karena inilah yang nantinya akan menjadi bekal mereka
ketika sudah berada di masyarakat. Ilmu bisa mereka dapatkan di mana saja,
tetapi karakter dan nilai-nilai kebajikan itu haruslah dimiliki sejak dini.
Selasa, Agustus 30, 2022
Refleksi Individu Modul 2.1
Refleksi
Diri: Mengelola kelas dan Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid yang Berbeda-beda
Untuk melayani kemampuan murid yang berbeda saya
telah melakukan metode pembelajaran yang bervariatif, menggunakan berbagai
media pembelajaran, dan memberikan tugas sesuai tingkat kemampuan murid. Untuk
membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah telah membuat suasana belajar
yang menyenangkan dengan menggunakan metode pembelajaran bervariasi yang membuat
murid senang misalnya melalui pesan berantai untuk menghafalkan materi,
menggunakan akronim untuk memudahkan mengingat. Menghadapi murid yang berbeda
kebutuhan belajarnya saya juga memperlakukan berbeda, yang saya lakukan adalah untuk
murid yang memiliki kemampuan yang kurang dibanding murid yang memiliki
kemampuan lebih, saya akan memberi soal dengan bobot yang lebih rendah, atau memberi
jumlah soal lebih sedikit agar termotivasi dan tetap semangat untuk belajar.
Tantangan yang saya hadapi dalam proses
pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid saya adalah bagaimana
cara menyatukan keberagaman tersebut menjadi satu kesatuan yang saling menerima
satu sama lain. Keberagaman yang dimiliki murid itu mulai dari segi sifat: ada
yang pemalu, riang, mudah marah, pemberani, penakut, sombong, rendah diri, dll.
Dari segi kemampuan: ada yang cepat bernalar kritis, ada yang lambat berpikir,
ada yang kreatif, dll. Perbedaan tersebut menjadi hal yang istimewa menurut saya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, waktu pembelajaran Bahasa Indonesia saat
presentasi materi "Surat lamaran Pekerjaan", mereka saya bagi menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan murid-murid berbeda agama, sifat,
dan kemampuan di setiap kelompok. Keunikan yang mereka miliki, harus
dituntun untuk berbaur dan saling menerima satu sama lain. Saya tanamkan pada
murid bahwa perbedaan adalah hal yang unik dan istimewa dalam diri murid.
Ketika mereka berdiskusi materi, awalnya mereka nampak kaku, dan bingung,
tetapi saya tetap mengarahkan agar tiap kelompok bekerjasama dan saling
menghargai. Alhasil, tiap kelompok menjadi lebih kompak, tanpa melihat
perbedaan.
Selain itu untuk menghadapi tantangan dalam
proses pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid yang
memiliki kemampuan yang berbeda adalah pemilihan metode pembelajaran yang mampu
memfasilitasi, saya juga melakukan tindakan untuk mengatasi tantangan tersebut dengan
berkolaborasi dengan teman sejawat terkait macam-macam metode pembelajaran yang
menarik. Mencoba hal baru dalam menyampaikan materi sehingga anak tidak merasa
bosan. Merefleksi apa yang sudah saya lakukan untuk memperbaiki diri. Mengajak
dialog agar saya tahu sejauh mana materi pelajaran telah mereka kuasai.
Untuk mengakomodasi keberagaman murid
sebaiknya dalam merancang pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan murid, baik
metode, media pembelajaran, maupun kedalaman materi. Pembelajaran juga harus
disesuaikan dengan kondisi murid di kelas, perlakuan terhadap murid tidak boleh
sama namun harus disesuaikan dengan kebutuhan murid. Pada saat melakukan evaluasi
soal juga harus disesuaikan dengan kemampuan murid yang beragam, jangan sampai
murid yang kemampuannya rendah (kurang) mendapatkan soal yang sama dengan murid
yang memiliki kemampuan lebih (pandai), karena hal ini akan menyebabkan murid
yang memiliki kemampuan kurang akan malas dan tidak bersemangat untuk belajar
ketika mendapatkan hasil evaluasi dengan nilai yang rendah.