Jumat, Agustus 29, 2008

KUBACA in Brief

KUBACA
in Brief


Banyak orang mengatakan: “Mengapa susah-susah mengajarkan membaca sejak usia dini? Anak-anak toh akhirnya bisa membaca juga. Apakah ini tidak terlalu membebani mereka? Ini pasti hanya cermin ambisi orangtua yang memaksakan kehendak pada anak-anak mereka.” Kekhawatiran para orangtua bahwa belajar membaca “akan membebani” anak-anak mereka merupakan ungkapan tentang pengalaman yang tidak menyenangkan para orang tua tersebut sewaktu mereka dulu belajar membaca. Inilah yang sudah kita lakukan selama bertahun-tahun, dan hasilnya? Sebuah masyarakat yang tidak membaca, miskin gagasan, suka meremehkan gagasan, dan akhirnya tertinggal.

Banyak orang juga berpikir, bahwa untuk membangun budaya membaca yang sehat, kita memerlukan kebijakan perbukuan yang ramah terhadap pembaca. Ini berarti subsidi buku, pengembangan jaringan perpustakaan, dan sebagainya perlu diupayakan. Sekalipun pikiran ini mengandung kebenaran, namun ini belum cukup. Kita membutuhkan masyarakat yang memiliki minat baca yang memadai untuk mendorong mereka pergi ke perpustakaan-perpustakaan dan membeli buku yang murah.

Kita membutuhkan sesuatu yang baru. Bukan sekedar mengajarkan membaca untuk pembaca pemula, termasuk balita, KUBACA adalah pendekatan, filosofi, dan metode mengajarkan membaca sebagai pengalaman yang bermakna, menyenangkan dan lebih penting lagi, menumbuhkan minat baca yang sehat. Jika kita masih bertahan dengan cara-cara lama dalam mengajarkan membaca, niscaya kita bakal gagal membangun budaya membaca yang sehat yang dibutuhkan untuk menjadi bangsa yang maju.

KUBACA dipijakkan pada konsep emergent literacy – bukan reading readiness yang sudah usang – yang lebih wholistic dan sadar akan kemajemukan kecerdasan manusia, terutama pada masa-masa tumbuh-kembang anak. Dengan KUBACA, pembaca pemula, teristimewa anak-anak balita, akan belajar membaca melalui berbagai macam permainan yang menyenangkan yang dibantu dengan kartu-kartu kata. Bagi balita, KUBACA akan menjadi lahan yang subur dan papan lontar (spring-board) bagi perkembangan kreativitas, dan kemampuan menggagas, baik secara lisan maupun tertulis.

Inilah yang membuat KUBACA berbeda dengan metode belajar membaca yang lain. Dengan KUBACA, anak-anak Indonesia akan menjadi anak-anak yang gemar menggagas, dan menghargai gagasan baru.

Dan jika itu terjadi, bangsa ini memiliki masa depan.

KUBACA Metode Cepat Membaca Balita

KUBACA
Metode Cepat Membaca Balita

Jika kita masih bertahan dengan cara-cara lama dalam mengajarkan membaca, niscaya kita bakal gagal membangun budaya membaca yang sehat yang dibutuhkan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju.
Jadi, kita butuh metode mengajar membaca yang baru. Metode mengajar yang memungkinkan belajar membaca menjadi sebuah pengalaman yang bermakna bagi anak, menyenangkan, dan yang lebih penting lagi, menumbuhkan minat baca yang sehat. Metode tersebut diciptakan oleh Diah Litasari pada tahun 2003, dan disebut metode kubaca.
Setelah diujicobakan pada anak usia 3-4 tahun, kubaca mulai disebarluaskan di Indonesia sejak Juli 2005, dan telah terdaftar dengan Hak Cipta No. 031744 Tanggal 27-12-2005. Keunggulan kubaca terletak pada sistem membaca kata secara utuh, dengan pilihan kata yang tepat (corpus linguistic) sesuai perkembangan pemerolehan bahasa anak sebagai pembaca pemula.
Jadi, kubaca langsung mengajari anak membaca kata. Kemudian, anak diajari menyusun kata menjadi kalimat. Jadi, lewat pembiasaan membaca kata dan merangkaikannya menjadi kalimat yang baik dan benar, anak dapat lebih mudah dan cepat dalam membaca. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran membaca di sekolah pada umumnya, yang mengajarkan huruf alphabet atau suku kata yang tidak bermakna.
Disamping itu, kubaca tidak berniat memaksa anak dalam membaca. Karenanya, kegiatan membaca disampaikan secara menyenangkan dan bermakna melalui permainan, nyanyian, dan aktivitas yang menyenangkan anak. Apalagi kegiatan ini didukung lembar kerja dan buku yang dirancang khusus untuk usia balita, ditambah alat peraga yang berwarna-warni.
Itulah sebabnya, kubaca diberi rekomendasi oleh Ketua Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur periode 2003-2007 – Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D., dan telah dipresentasikan dihadapan tokoh pendidikan Prof. Arif Rahman, Rektor UIN Syarif Hidayatullah – Prof. Komaruddin Hidayat, dan Ketua MPR – DR. H. Hidayat Nur Wahid di gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta, pada tanggal 11 Januari 2007. kubaca juga direkomendasikan oleh Forum PAUD Provinsi Jawa Timur (tanggal 22 Mei 2008) untuk dipakai oleh para pengelola PAUD, orang tua dan masyarakat pada umumnya.
Kini, kubaca berbentuk kursus membaca yang dilisensikan, dan telah berkembang dengan jumlah outlet 28 buah yang tersebar di Bandung, Gresik, Jakarta, Jombang, Kediri (Pare), Malang, Mojokerto, Pekalongan, Semarang, Sidoarjo, Surabaya, dan Tangerang.
Lisensi kubaca sebesar Rp. 20 juta (di luar initial investment) untuk masa 3 tahun, dengan omzet Rp. 20.250.000 per 3 bulan (bila jumlah murid 30 anak).


Informasi: PT Kubaca Tama Indonesia
Jl. HR Muhammad 86-G Surabaya, Telepon 031-7329634 Fax 031-7329635
email: kubacatama@yahoo.com