Selasa, September 09, 2008

KARTU KATA

BELAJAR MEMBACA DENGAN KARTU KATA

Semarang, 10 November 2007
Tanganku ada dua Lima-lima jarinya Kuangkat keduanya Mari kita berdoa ABI (5), Denis (3), Rehan (5), Rena (4), dan Safero (5) menyanyikan lagu Balonku yang telah diubah syairnya tersebut sembari duduk dan mengangkat kedua tangan mereka masing-masing. Didampingi empat orang pengajar yang mereka panggil dengan sebutan bunda, keempat balita tersebut menundukkan kepala.

Terima kasih Tuhan
Hari ini kita dapat berkumpul kembali
Untuk belajar dan bermain bersama.
Usai berdoa, lantas bunda Ana menyapa ; "Apa kabar semuanya?" Sontak bocah-bocah itu pun menjawab dengan serentak ; "Baik...".

Kelas belajar di Pondok Kubaca Yasmia pun dimulai. Setelah mengawali pelajaran dengan berdoa dan bernyanyi, mereka tampak begitu antusias menyimak pelajaran yang diberikan bunda Ana.
"Sekarang, kita keluarkan kartu kata ya. Ada lima gambar di depan. Sekarang gambar pertama, kartu mana yang cocok ? Ayo maju ke depan yang tahu," ajak bunda Ana.

"Saya...." teriak anak-anak sembari berlarian ke depan dan saling berebut untuk menempel kartu bertuliskan kata susu.
Kemudian bunda Ana bertanya, "Susu itu yang seperti apa? Ayo yang tahu acungkan jari." Dengan sigap Rena mengacungkan jarinya. "Yang biasa diminum tiap pagi, Bunda," jawabnya dengan malu-malu.

Ya, itulah salah satu kegiatan belajar mengajar di Pondok Kubaca Yasmia Jl Krakatau VIII No 7. Bermain dengan kartu kata, menyanyi, mewarnai, melipat kertas, menggambar, bermain bola adalah beberapa kegiatan lain yang biasa mereka lakukan.

Belajar membaca adalah materi utama yang diajarkan di samping permainan. Selain menggunakan kartu kata, anak juga diberikan buku membaca cepat serta lembar kerja siswa (LKS). Menariknya, mereka tak diajarkan mengeja huruf. Namun justru diajarkan langsung membaca kata per kata seperti papa, mama, ini, itu, susu, roti dan lain sebagainya.

"Karena tiap huruf atau abjad itu tidak ada artinya. Beda dengan kata yang suah pasti mengacu pada benda yang bisa dilihat bentuknya, sehingga bisa merangsang imajinasi anak," jelas Sigit, salah satu staf di Pondok Kubaca.

Metode Baru

Sulistyowati Bambang SE MM, pemilik Pondok Kubaca Yasmia mengatakan, dengan tempat belajar membaca bagi anak usia prasekolah ini diharapkan bisa menggantikan metode belajar membaca konvensional. "Karena metode belajar membaca yang dulu dianggap kurang efektif," katanya.

Menurutnya, metode baru ini akan membuat anak bisa cepat membaca dan menulis hanya dalam waktu tiga bulan. Mengapa cepat ? "Karena disini, anak tidak diajarkan belajar membaca dengan mengeja kata," tuturnya.

Dia menjelaskan, ada tiga level yang harus dilewati anak agar bisa cepat membaca dan menulis di pondok ini. Level pertama, membaca kalimat yang terdiri atas sepuluh kata, logika berbahasa dan pemahaman kalimat. Level kedua, anak akan diajarkan membaca dengan artikulasi, kata berimbuhan dan lawan kata dan menulis. Level ketiga, kata yang dipelajari akan ditambah dengan kata sambung, kata tanya dan tanda baca, serta mereka akan diajari menulis huruf kecil, besar dan tegak bersambung.

"Dengan metode ini anak akan mampu mengkoordinasikan atara mata dan mulut, menambah perbendaharaan kata, dan membuat mereka makin percaya diri," tambah Sulistyowati.
diposting dari: Suara Merdeka

METODE BARU BAGI KEAKSARAAN FUNGSIONAL

KUBACA METODE BARU BAGI KEAKSARAAN FUNGSIONAL

Surabaya, 10/7/2007 (Kominfo Newsroom) - Dewan Pendidikan Jatim memperkenalkan metode Kubaca bagi peserta keaksaraan fungsional, dan dengan menggunakan metode tersebut diharapkan peserta didik bisa lebih cepat memahami dan menghafalkan huruf dan kata.
“Untuk belajar dengan metode ini, peserta didik dikenalkan dengan lima kata-kata yang sudah akrab digunakan untuk berinteraksi sehari-hari. Setelah dikenalkan, diharapkan bisa menghafalkan dan selanjutnya bisa menyusun dengan kalimat yang berbeda walaupun kata-katanya sama”, kata Ketua Dewan Pendidikan Jatim, Daniel M Rosyid, saat Launching Metode Kubaca di Surabaya, Senin (9/7) sore.
Melalui metode ini, peserta akan lebih semangat belajar huruf dan kata karena merasa lebih mudah saat awal belajar, sehingga pada saat mereka berniat belajar diharapkan akan merasa lebih mudah dan tidak putus di tengah studi.
Selanjutnya mereka diharapkan juga bisa melakukan baca dan tulis secara mandiri karena mereka sudah ingat jenis-jenis huruf latin tanpa harus menghafalkan satu persatu.
Dengan metode ini, waktu belajar akan lebih cepat dibanding metode konvensional yang selama ini diterapkan di Jatim. Jika dengan konvensional biasanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar sampai satu tahun, dengan Kubaca hanya dalam waktu empat bulan.
Daniel juga mengatakan, dengan adanya penemuan metode Kubaca, pemerintah diharapkan mampu menerapkan pada sekolah-sekolah di Jatim yang khusus peserta didiknya adalah keaksaraan fungsional. "Jika ini diterapkan, jumlah penduduk usia lanjut yang buta huruf diharapkan dapat berkurang," katanya.
Sementara penemu metode Kubaca, Diah Lestari, mengatakan, sebelum diterapkan pada usia lanjut, metode ini sudah diterapkan pada anak usia dini di beberapa taman kanak-kanak di Jatim di antaranya Malang, Surabaya, Jombang, Mojokerto, dan Pasuruan.
Setelah berhasil, kemudian disusunlah kata-kata yang akrab digunakan pada usia dewasa dan ternyata hasilnya lebih mudah dipahami dan muncul perasaan lebih mudah memahami huruf dan kata.
Sekarang, metode ini diterapkan di Kelurahan Keputran tepatnya di Jl Dinoyo Baru 42-44 Surabaya di rumah Ny. Kasiono. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ini sebanyak 25 orang ibu-ibu rumah tangga dan abang becak yang mangkal di sepanjang Jl Dinoyo.

diposting dari: www.jatim.go.id

Selasa, September 02, 2008

sertifikat hak cipta metode cepat membaca Kubaca


Presiden Serahkan Krista Rp 993 M
Thursday, 05 June 2008

Istana,(APIndonesia.Com).Presiden SBY didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan Ibu Mufidah JK, hari Rabu (4/6) pagi menghadiri sekaligus membuka Pekan Produk Budaya Indonesia 2008, di Jakarta Convention Center.
Dibuka dari tanggal 4 s/d 8 Juni 2008, Pekan Budaya kali ini memamerkan produk warisan budaya antara lain berupa aneka gerabah, marmer, keramik hias, perhiasan dan batu mulia, kerajinan logam, anyam-anyaman, kerajinan kayu, batik, lukisan, kain tenun dan produk tenun, alat musik tradisional, serta makanan tradisional.
Dihadiri sekitar 2 ribu undangan, acara dimulai dengan penyerahan KUR (Kredit Usaha Rakyat) secara simbolis oleh Dirut BRI senilai Rp. 4,175,624 trilyun untuk 625.083, kepada perwakilan debitur, Sumarmiati, pengrajin rajutan dari Jakarta dan Ipai Rifai, pengrajin tangan batu dan kayu fosil dari Serang.
Juga penyerahan secara simbolis Kredit Usaha Rumah Tangga (KRISTA) dari Dirut Bank Mandiri senilai Rp. 993,24 milyar untuk 33.110 ibu rumah tangga kepada dua perwakilan, yaitu Wardah, pengrajin sulaman bordir dari Jakarta, dan Zurainah, pengrajin dari Jakarta. Kemudian Dirut BNI juga menyerahkan Rp. 911,871 milyar untuk 7.413 debitur kepada dua orang perwakilan, yaitu Rohano, pengrajin hiasan kaca patri, dan Maesunah pengrajin batik dari Indramayu.
Sementara Dirut Bank Bukopin memberikan KUR senilai Rp. 452,623 milyar untuk 2.384 debitur, Dirut Bank Syariah Mandiri memberikan KUR sebesar Rp. 258,485 milyar untuk 4.400 debitur, dan Dirut BTN memberikan KUR senilai Rp. 81,05 milyar untuk 470 debitur, dan Dirut Perum Pegadaian memberikan KRISTA senilai Rp. 600 milyar untuk 20.948 debitur.
Selain itu dilakukan pula acara penyerahan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual oleh Menhukham Andi Mattalatta kepada Muslim Ruin sebagai penerima sertifikat hak cipta program komputer MuQual3D. Sedang Diah Litasari menerima sertifikat hak cipta metode cepat membaca Kubaca dan Agus Sachari sebagai penerima sertifikat desain industri Radio Jinjing Berbentuk Piring Terbang.

3 Maestro
Presiden SBY pada kesempatan tersebut juga menyerahkan penghargaan bidang kebudayaan kepada 3 perwakilan maestro seni budaya Indonesia, masing-masing kepada Abdullah Abdurrahman seniman tari Seudati dari Aceh, I Made Sidja dalang dari Bali, dan Sermalina Maniburi, maestro tradisi penutup cerita Munaba dari Papua.
Sementara Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu menyerahkan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Rencana Aksi, kepada Presiden SBY. Cetak biru ini merupakan rencana pengembangan ekonomi kreatif negara yang dimulai tahun 2009 hingga 2025 dari 14 sektor industri.
Presiden menyampaikan rasa bangganya terhadap seluruh pengrajin yang telah menunjukkan kreatifitasnya melalui produk yang dihasilkan. Pameran gelar budaya semacam ini akan terus dikembangkan bukan hanya pada forum pameran ini, tapi juga pada seluruh kehidupan negeri ini. “Maka dari itu saya mengajak hadirin untuk memelihara warisan nenek moyang dan mengembangkan ekonomi kreatif yang bisa menumbuhkan perekonomian nasional,” kata Presiden.
SBY berharap kegiatan promosi dan pemasaran dari para pengrajin tersebut terus ditingkatkan dan dikembangkan agar dapat diperkenalkan ke dunia internasional.
Atas dasar itu pula pemerintah membantu mereka di bidang permodalan. Pemberian Kredit dari pimpinan perbankan adalah wujud nyata untuk membantu para pelaku ekonomi kreatif agar usahanya terus tumbuh, ujar SBY.
Persoalan KUR, Presiden ingin KUR dapat terus ditingkatkan menjadi Rp. 15 trilyun. Usai memberi sambutan, Presiden kemudian menekan tombol sirine sebagai tanda diresmikannya pembukaan Pameran Pekan Produk Budaya Indonesia.
Usai mengikuti seluruh rangkaian acara, Presiden SBY yang didampingi oleh Ibu Negara dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla, berkeliling JCC untuk melihat produk-produk yang dipamerkan oleh para pengrajin, antara lain stan Agung Keramik dan Ganeshya keramik. Rombongan juga meninjau Ikon Pavilion, yaitu lorong berbentuk kepompong sepanjang 50 meter, di mana di dalamnya diputar film yang menceritakan tentang sejarah budaya bangsa Indonesia. (Z)

diposting dari: www.apindonesia.com